Berkunjung ke candi Borobudur pastilah kita akan menemui banyak patung dan stupa, hampir di setiap teras lantai (halaman) pada setiap tingkat kita akan menemukan berbagai patung Budha dengan berbagai ciri yang melekat. Keunikan utama candi ini yang dominan adalah tersebarnya ratusan, bahkan mungkin ribuan patung Budha di seluruh teras/lantai dan relung pada setiap tingkatan candi (ulasan bentuk candi dijelaskan dalam Stuktur Bangunan Borobudur). Patung yang ada di candi Borobudur terbagi dalam dua lokasi, yaitu yang berada di teras (halaman) pada lantai 1, 2, dan 3 (tingkatan Arupadhatu) berjumlah 72 buah dan yang berada di relung-relung candi (tingkatan Rupadhatu) sebanyak 432 buah, sehingga jumlah total patung yang terdapat di candi ini adalah 504 buah.
      Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa patung dan stupa yang terdapat di candi ini merupakan simbolisasi tentang suatu ajaran yang diaktualisasikan dalam bentuk pahatan/bentukan/ukiran yang tipenya “mungkin” beraliran dari Mahayana (uraian detil ada di  Sejarah Borobudur), akan tetapi menurut beberapa para ahli yang lain aliran yang dianut pada masa itu adalah adhi budha (awal ajaran budha). Konsep ini mengacu dari implementasi konsep Budha tertua yang direfleksikan dalam bentuk mudra lima arah mata angin yang disebut Dhayani Budha, dan diaktualisasikan dalam pahatan patung budha Aksobhya, Amoghasiddhi, Amitaba,Ratnasambhawa dan Wairocana. Faktor lain yang memperkuat hipotesis ini adalah adanya aktualisasi latar dan halaman dalam tiga tipe berundak,  hal itu menjelaskan tentang definisi tiga alam, sampai pembuatan sudut lengkung tipikal stupanya mengikuti bentuk dari alur sinar matahari menyinari khatulistiwa, yang kemudian disimpulkan menjadi sebuah ilmu pisikologi pada aliran yang pernah eksis di wilayah kawi puncak (Sutanto, 2005).




Pembagian posisi dan letak patung Budha yang terdapat di candi ini selengkapnya adalah
  • Tingkat Rupadhatu terdapat 432 arca dengan ukuran semakin ke atas semakin kecil dan diletakkan pada relung, dengan perincian; teras I sebanyak  104 arca, teras II sebanyak 104 arca, teras III sebanyak 88 arca, teras IV sebanyak 72 arca, dan teras V sebanyak 64 arca.
  • Tingkat Arupadhatu terdapat 72 arca dengan ukuran yang sama dan diletakkan di dalam stupa, dengan perincian; teras VI sebanyak 32 arca, teras VII sebanyak 24 arca, dan teras VIII sebanyak 16 arca.
          Secara sepintas seluruh patung Budha tersebut serupa, tetapi apabila diamati secara lebih detil, maka akan nampak secara jelas perbedaannya, yakni pada posisi atau sikap tangannya. Sikap tangan inilah yang menjadi ciri khas pengelompokkan setiap patung Budha di candi ini, ciri ini dikenal dengan istilah Mudra arah mata angin, yang disebut dengan Dhayani Budha.
amoghasidhiMata Angin Utara; Patung yang menghadap arah mata angin ke utara dinamakan Dhayani Budha Amoghasidi, dengan nama mudra Abhaya-mudra. Sikap tangan dari mudra ini adalah tangan kiri terbuka dan  menengadah pangkuan, sedang tangan kanan diangkat sedikit diatas lutut sebelah kanan dengan telapak menghadap kemuka.  Sikap ini melambangkan kondisi manusia yang berada dalam tahapan menenangkan diri.
aksobhyaMata Angin Timur; Patung yang menghadap arah mata angin ke timur dinamakan Dhayani Budha Aksobhya, dengan nama mudra Bhumispara-mudra. Sikap tangan dari mudra ini adalah tangan kiri menengadah di atas pangkuan, sedang tangan kanan menempel pada lutut sebelah kanan dengan telapak menghadap ke dalam/menelungkup dan jari menunjuk ke bawah.  Sikap ini melambangkan saat Budha memanggil Dewi Bumi, sebagai saksi ketika beliau menangkis semua serangan iblis dan roh jahat.
ratnasambhawaMata Angin Selatan; Patung yang menghadap arah mata angin ke timur dinamakan Dhayani Budha Ratnasambhawa, dengan nama mudra Wara-mudra. Sikap tangan dari mudra ini adalah tangan kiri terbuka dan menengadah di atas pangkuan, sedang tangan kanan menempel pada lutut kanan menengadah keatas, dan jari-jari menunjuk ke atas. Sikap ini melambangkan kondisi manusia yang memberikan amal dan memberi anugrah.
amithabaMata Angin Barat; Patung yang menghadap arah mata angin ke barat dinamakan Dhayani Budha Amithaba, dengan nama mudra Dhayana-mudra. Sikap tangan dari mudra ini adalah kedua tangan diletakkan dipangkuan, yang kanan diatas yang kiri, dengan telapak kanan menengadah dan kedua jempolnya saling bertemu.  Sikap ini melambangkan kondisi manusia yang sedang mengheningkan cipta dan bersemedi.