Senin, 19 November 2012
21.09
No comments
INOVASI
GATOT GUNUNGKIDUL
Rizka
Wulandari
Siswa
SMA N 2 Wonosari
A. PENDAHULUAN
Gatot merupakan salah satu makanan
yang ada di Gunungkidul. Bagi masyarakat Gunungkidul, gatot dijadikan sebagai
makanan pokok. Namun, seiring berkembangnya zaman gatot saat ini hanya
dijadikan sebagai makanan camilan. Camilan ini bertekstur lengket dan berwarna
kehitaman. Meskipun demikian, gatot mempunyai kandungan serat yang tinggi.
B. PEMBUATAN GATOT
Bahan baku pembuatan gatot adalah
gaplek. Bumbu yang diperlukan untuk membuat gatot yaitu singkong, gula merah,
parutan kelapa, dan garam.
Pembuatan gatot dimulai dari
merendam gaplek dengan air kapur sirih selama semalam untuk mendapatkan warna
hitam dan mendapatkan kekenyalan. Kemudian, gaplek yang sudah direndam selama
semalam dikukus dengan panci pengukus
hingga empuk. Setelah itu, gaplek yang sudah empuk dipindahkan ke dalam piring.
Selagi masih panas, gaplek yang sudah dipindahkan ke dalam piring di taburi
parutan kelapa dan garam untuk mendapatkan rasa gurih. Untuk mendapatkan rasa
manis, dapat ditaburi kelapa dicampur dengan gula merah yang sudah dihaluskan.
Gatot pun jadi dan siap untuk dihidangkan. Menghidangkan gatot bisa dengan
piring dilapisi daun pisang sehingga tampilan akan terlihat cantik dan menambah
selera makan.
C. PENGALAMAN MENIKMATI GATOT
Gatot banyak ditemui di pasar-pasar
tradisional yang ada di Gunungkidul. Saat ini gatot biasa dimakan untuk
menemani minum kopi atau menjamu tamu yang sedang berkunjung.
Pengalaman pertama penulis saat
makan gatot ketika masih kelas 5 SD. Penulis makan gatot pertama kali di tempat
tinggalnya di Desa Simo 1, Genjahan Ponjong, Gunungkidul. Gatot yang dimakan
oleh penulis adalah gatot yang diperoleh ibu penulis. Waktu itu, ibu penulis
dari pasar membawa oleh-oleh gatot.
Penulis heran ketika oleh-oleh yang
dibawa ibu penulis berwarna hitam dan bertekstur lembek. Karena heran dengan
makanan yang dibawa ibu penulis, penulis makan gatot tersebut dan setelah
mencicipi gatot tersebut penulis tidak menyangka karena gatot yang dibawa ibu
penulis rasanya manis dan berdominasi gurih. Kenyalnya gatot pun juga terasa.
D. FUNGSI GATOT DI GUNUNGKIDUL
Dilihat dari kandungan gizinya,
gatot merupakan makanan yang tinggi akan serat. Di dalam 100 gram gatot
terkandung sekitar 4,2 gram serat pangan (Linda
Mustika, 2012). Kandungan serat yang ada di dalam makanan yang dikonsumsi
mampu menyerap kolesterol yang terdapat di dalam tubuh serta dapat mengikat
kolesterol dan mengeluarkannya dari tubuh. Oleh karena itu, masyarakat di
Gunungkidul mengkonsumsi gatot sebagai makanan pokok dan untuk mempertahankan
kearifan local karena gatot sudah ada sejak dulu dan masyrakat berusaha untuk
tetap mempertahankan makanan tradisonal tersebut.
E. UPAYA MENSEJAJARKAN GATOT DENGAN MAKANAN MODERN
Seperti realita di jaman modern
seperti ini, makanan tradisional gatot mulai tidak diminati oleh masyarakat. Hal
ini disebabkan oleh banyaknya makanan fastfood
atau junkfood yang mulai menjamur di
kalangan masyarakat. Bahkan kaum pemuda pun jarang sekali yang mengetahui
makanan tradisional gatot. Gatot memang makanan tradisional yang bisa dibilang ndeso, namun cita rasa yang dimiliki
gatot tidak kalah dengan makanan modern saat ini. Meskipun berwarna kehitaman
namun gatot tidak berbahaya dari segi kesehatan. Warna hitam pada gatot
merupakan warna khas gatot.
Untuk meningkatkan atau
memperkenalkan gatot sebagai makanan tradisonal perlu adanya inovasi baru.
Misalnya memberikan inovasi gatot dengan berbagi macam rasa seperti rasa
strawberry, pandan, anggur, keju dan lain sebagainya. Namun, inovasi dengan
menambahkan rasa tidak boleh menghilangkan rasa khas gatot itu sendiri. Selain
itu, kemasan instan untuk gatot juga perlu. Sehingga, bagi masyarakat yang
kesulitan untuk membuat gatot tidak perlu dipersulitkan lagi untuk membuatnya.
Aroma gatot juga perlu diperhatikan. Aroma gatot bisa ditambahkan dengan
pengharum makanan seperti vanili supaya lebih menggoda selera makan seseorang.
Disamping rasanya, penampilan gatot
sebaiknya juga harus terkonsep sedemikian rupa sehingga selera makan masyarakat
untuk makan gatot tinggi. Selain itu, warung gatot juga perlu diinovasi.
Biasanya pemuda saat ini sering nongkrong
di kafe. Oleh sebab itu, warung gatot bisa dimodifikasi layaknya kafe.
Penyajian dan pelayanannya pun mirip dengan kafe sehingga pemuda akan lebih
mengenal gatot dengan sentuhan suasana kafe. Meskipun warung gatot terkonsep
layaknya kafe, harga gatot harus terjangkau. Dengan inovasi baru, kualitas,
kekhasan serta kandungan gizi yang ada pada makanan gatot harus tetap terjaga.
Gatot merupakan makanan tradisional
khas Gunungkidul yang bahan bakunya gaplek. Cara membuatnya cukup mudah.
Jajanan tinggi serat ini mempunyai cita rasa yang khas yaitu manis didominasi
dengan gurih dan kenyal. Untuk mensejajarkan gatot dengan makanan modern, gatot
dapat diinovasi dengan rasa baru seperti strawberry, pandan, keju dan
lain-lain. Namun, kekhasan rasa asli gatot tetap terjaga. Selain itu, inovasi
warung gatot layaknya kafe juga perlu guna menarik minat pemuda untuk singgah
mencicipi gatot.
G. DAFTAR PUSTAKA
Langganan:
Postingan (Atom)